27.6.14

Wanita dan Kelembutannya








Mengendalikan rasa marah memang terkadang sulit untuk dilakukan, apalagi jika rasa marah itu hadir karena kesalahan yang sama yang dilakukan oleh seseorang. Bagaikan granat yang siap untuk diledakkan dan pastinya akan menghancurkan semua yang ada disekelilingnya. Namun semarah apapun engkau kepada seseorang, tak akan mengubah apapun yang telah terjadi, justru akan semakin memperkeruh keadaan yang barangkali tadinya bisa dibicarakan baik-baik menjadi semakin memanas. Muslimah...kendalikanlah amarah serta emosimu, sekalipun itu bukanlah hal yang mudah dan mungkin penulis blog ini juga sering melanggar apa yang ditulisnya, namun percayalah menyelesaikan masalah dengan emosi, ibarat memadamkan api dengan minyak bensin.

Saudariku yang dirahmati oleh Allah SWT, wanita itu identik dengan kelembutan,  tetapi lembut tak berarti wanita lemah dan dapat diperlakukan semena mena. Dibalik kelembutan seorang perempuan tersimpan ketegasan serta kekuatan yang bahkan jauh lebih besar dari laki-laki. Pernahakah engkau bertanya, mengapa Allah menganugrahkan melahirkan kepada perempuan , itu karena perempuan adalah makhluk yang sanggup menahan sakit yang mungkin tak akan pernah sanggup dirasakan oleh laki-laki. Wanita sanggup memikirkan lebih dari satu masalah, tetapi laki-laki dua masalah saja sudah membuatnya pusing tujuh keliling. Seperti apapun kerasnya batu, insya Allah akan lunak jika terus disirami oleh air bukan ?

Sabar itu tak ada batasnya...namun bukan berarti kita berdiam diri tanpa melakukan perubahan apa-apa. Sabar itu bukan dengan menjadi wanita bodoh yang mau dipermainkan oleh keadaan yang menindas terus-menerus. Sabar juga bukan berarti membiarkan kejahatan semakin berjaya dan menang sementara kebenaran kian terpuruk dan terkubur bersama waktu. Sabar itu merupakan sikap, dimana kita harus menahan...untuk kedaan yang lebih baik. Sabar dari rasa marah, agar keadaan tidak semakin memanas, sabar saat tak ada makanan, agar kita lebih bersyukur ketika Allah memberikan rezeki, dan lainnya.

Sabar dan memaafkan, adalah dua hal yang harus senantiasa ditanamkan didalam hati, dan semoga berbuahkan kebahagiaan yang tak akan pernah luntur ditelan masa yaitu kebahagiaan yang hakiki di surga-Nya, karena hanya orang-orang yang sabar, pemaaf serta ikhlaslah yang berhak untuk masuk kedalam surga-Nya. dan semoga kita adalah diantaranya... aamiin... :)

26.6.14

Kau Buat Bidadari Menangis


Sungguh wanita yang saat ini berdiri dihadapanku adalah wanita yang insya Allah akan menjadi penghuni surga Allah. Kesholehannya, parasnya yang cantik, lemah lembut serta penuh kasih sayang,akan membawanya kepada kebahagiaan yang hakiki. Tetapi mengapa ada laki-laki yang tega mempermainkan perasaannya. Sosok lelaki yang diyakininya mampu menjadi imam yang baik untuk dunia juga akhiratnya, ternyata hanya lelaki dengan hati yang krisis akan rasa iba dan penghormatan kepada wanita.


Ya Allah, jika perempuan sebaik dan seluar biasa dia saja tega dipermainkan hati dan perasaannya, bagaimana lagi dengan wanita-wanita biasa diluar sana. Sebenarnya, apa yang ada di dalam benak seorang laki-laki ketika mereka menyakiti seorang wanita? Apakah sudah tidak ada lagi didunia ini laki-laki yang bisa menjadi imam yang baik dalam rumah tangganya ? Apakah setiap hubungan harus dihiasi dengan yang namanya menyakiti, perselingkuhan atau kekerasan ? Sungguh tergores hati ini ketika menatap wanita ini.


Harapan memang terkadang membuat wanita sakit pada akhirnya. Setiap kali laki-laki membuat seorang perempuan menjadi berharap kepadanya, setiap kali juga maka perempuan akan tersakiti oleh harapan-harapan yang kosong. Seharusnya laki-laki dapat memahami, jika wanita adalah makhluk yang pasti menginginkan apa yang diimpikannya menjadi kenyataan sama seperti mereka, bukan justru menghancurkannya. Jika tidak serius dalam menjalin hubungan, jangan menjadikan wanita sebagai korbannya. Tidakkah mereka tahu jika tak ada wanita maka mereka juga tidak akan pernah ada didunia ini.Perasaan wanita bukan pisang goreng yang bisa dibolak-balikan. Lupakah mereka jika Ibu mereka juga seorang perempuan, yang artinya jika mereka melukai hati seorang wanita maka sama artinya mereka melukai hati ibunya sendiri. 


Sungguh tak dapat digambarkan dengan kata-kata, pada kenyataannya, wanita yang tulus akan senantiasa memaafkan kesalahan pria yang dicintainya, walau bagaimanapun sudah sakitnya ia diperlakukan,wanita selalu membuka pintu maafnya untuk sosok yang mungkin dulu sangat ia kagumi, kasihi, dan sayangi...yang kini telah jauh berbeda dari apa yang ia harapkan. Perempuan memang makhluk yang sulit untuk dipahami, termaksd batas kesabaran yang ia miliki. Semoga wanita-wanita yang membaca postingan ini, senantiasa cerdas dan mampu memperluas kesabaran serta memaafkan kesalahan-kesalahan pasangan mereka tanpa perlu mengulangi kebodohan untuk jatuh kedalam lubang duka yang sama.

 

Ya Allah... mulia sekali hati wanita ini. Dia mampu untuk menutupi luka yang sebenarnya kian membesar dan perih. Bahkan ia berkata "Aku tidak akan meminta apa yang sudah lepas dariku untuk kembali kepadaku,tetapi aku hanya berharap apa yang pernah menjadi milikku jauh lebih baik ketika ia menjadi milik orang lain, itu saja"

Subhanallah... Semoga kesabaranmu digantikan dengan Allah mempertemukamu dengan laki-laki yang lebih baik saudariku. aamiin...

23.6.14

Ketika Cinta Berlumur DOSA



Asslamu'alaikum perempuan-perempuan yang hatinya dipenuhi dengan rasa cinta dan kasih sayang. Sungguh teriris hati ini ketika mendengar pengakuan seorang wanita yang mengatakan jika ia sudah tidak ....perawan lagi kepada saya. Kala itu dia menghubungi saya melalui pesan singkat yang mengatakan ingin mencurahkan isi hatinya yang sudah lama ia pendam sendiri, dan tidak berani untuk mengutarakannya kepada kedua orang tuanya. Dia adalah anak tunggal dalam keluargnya, namun kasih sayang kedua orang tuanya yang barangkali kurang membuatnya mencari perhatian lain diluar rumah dengan jalan berpacaran. Ya...terkadang bagi sebahagian orang, pacar ituu.. jauhhh lebih bisa memperhatikannya daripada orang tuanya sendiri. 

"Mba,,,saya ----- apakah saya boleh bercerita sesuatu. Ini masalah terberat yang pernah ada selama aku hidup. Aku sudah tidak sanggup lagi mba. Aku ingin mati saja." isi pesan yang dikirimkan perempuan itu kepadaku beberapa waktu yang lalu.

Astaghfirullah...apakah setiap masalah harus diselesaikan dengan cara bunuh diri. Bunuh diri itu adalah suatu hal yang sangat-sangat dibenci oleh Allah SWT. Bunuh diri adalah dosa yang tidak akan pernah diampuni oleh Allah sampai kapanpu, sehingga siapapun yang melakukannya akan kekal didalam neraka, Allah sudah menjelaskannya didalam Al-Qur'an. Bersabarlah, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Semua cobaan yang Allah beri sepaket dengan cara menghadapinya, tinggal kita saja yang harus mencari tau bagaimana dan dimana penyelesaian itu berada.

Seorang perempuan pasti sangat menyesal karena pernah memberikan keperawanannya kepada laki-laki yang pada akhirnya tidak menikahinya. Apalagi jika orang yang dipercayainya itu justru berpaling kepada wanita lain hanya karena hal yang sepele.begitu juga halnya dengan laki-laki, seorang lelaki seharusnya bertanggungjawab atas apa yang telah dia lakukan terhadap perempuan. Jika dia sudah mengambil kesucian seorang perempuan,harusnya dia menikahinya bukan malah lari dari tanggung jawab, itu sama saja dia lari dari masalah. Tak sedikit didunia ini laki-laki yang berjiwa pengecut, berpikir bahwa perasaan perempuan itu seperti pisang goreng yang bisa dibolak balikkan, dia juga sering lupa jika ia memiliki ibu, saudara-saudara perempuan bahkan suatu saat nanti dia akan memiliki seorang anak perempuan, bagaimana jika hal itu terjadi kepada mereka ?, Bukankah jika tidak ada perempuan, maka laki-laki juga tidak akan ada?. Sayangnya, hanya sebahagian kecil dari laki-laki yang menyadari itu.

namun, kasus banyaknya perempuan yang sudah tidak perawan tak sepernuhnya kesalahan laki-laki. Wanita sebenarnya adalah akar dari masalah yang menimpanya sendiri.Kalau saja wanita jauh lebih bisa menjaga diri dan pergaulan, maka semua hal yang ditakutkan seperti..hilangnya keperawanan itu pasti tidak akan terjadi bukan. Banyak hal yang membuat perempuan akhirnya kehilangan kesuciannya, misalnya pacaran, tidak menutup aurat, pergaulan bebas, dan salah memilih teman. Karena sejatinya, Allah tidak pernah menghukum hamba-Nya, tetapi manusialah yang membuat celaka diri mereka sendiri. 

Lantas, bagaimana dengan kasus perempuan yang mengirim pesan singkat kepada saya tadi? Solusinya adalah, berhentilah menjalin hubungan percintaan diluar dari pernikahan, berpakaianlah yang sesuai perintah Allah, dan jaga pergaulan serta lihat dengan siapa kita berteman. Untuk hal yang sudah terjadi, maka jangan sesali...setiap manusia pasti pernah khilaf dan melakukan dosa tidak terkecuali saya, hanya saja...setiap orang punya tingkatan maksiat yang dia lakukan, namun itu bukan berarti orang itu lebih buruk dari orang yang melakukan maksiat yang ringan-ringan,sebab jika seseorang bertaubat dengan taubatan nasuha, dan yakin bahwa Allah itu Maha Pengampun,insya Allah... Allah akan membuat seseorang yang berlumur dosa menjadi seperti bayi yang baru lahir kembali. mudah-mudahan... :) 

wassalam...

21.6.14

Jangan Menjadi Istri Yang Durhaka


        
         Menikah adalah impian dan harapan semua perempuan. Perempuan yang baik-baik pasti ingin hubungan yang dia jalani bersama dengan pria yang dia cintai sah dimata agama dan negara. Namun ternyata masih banyak perempuan-perempuan yang tidak memahami makna pernikahan itu sendiri. Mereka mengira jika pernikahan hanya sekedar simbul ikatan yang diakui secara agama dan negara, padahal pernikahan itu lebih dari sekedar ikatan yang sah.
 
          Seorang wanita apabila sudah menikah maka surganya akan berpindah, yang awalnya dibawah telapak kaki ibu menjadi dibawah telapak kaki suami. Sebaliknya, seorang laki-laki apabila sudah menjadi suami, maka tanggungjawabnya atas istrinya juga menjadi suatu kewajiban yang harus dia jalani. Seorang anak perempuan yang membuka auratnya dan dilihat oleh laki-laki yang bukan mahramnya, apabila ayahnya tidak melarangnya, maka dosa anaknya juga akan didapatkan oleh ayahnya. Begitu juga ketika seorang istri tidak menutup auratnya sementara suaminya membiarkannya, maka dosa akan didapatkan juga oleh sang suami. Namun jika seorang istri menjaga auratnya, menjaga ibadahnya, dan menjadi istri yang sholeha, maka ia akan menjadi kunci surga bagi suaminya. Subhanallah... tidakkah kita mau menjadi wanita seperti itu?

              Sebagai seorang istri, kita harus tau mana yang boleh kita lakukan, dan mana yang tidak. Diantara larangan yang ada didalam agam Islam adalah tidak boleh berpergian tanpa izin suaminya. Hal tersebut bukan semata-mata bentuk diskriminasi terhadap wanita, namun karena wanita jika sudah keluar rumah maka setan akan membuatnya indah, sehingga membawah fitnah bagi laki-laki lain. Sungguh sangat disayangkan, jika para istri zaman sekarang malah menganggapnya itu bentuk pengekangan terhadap wanita.

             Perempuan seharusnya bersyukur, karena islam mengatur hubungan dalam rumah tangga sedemikian baiknya. Suami diwajibkan untuk mencari nafkah, sementara wanita dirumah untuk mengurus anak-anak. Tetapi ternyata hal ini malah dimanfaatkan sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Ada perempuan yang tidak bekerja, namun justru memanfaatkan waktu dirumah untuk melakukan hal-hal yang tidak penting, seperti membicarakan aib tetangganya, aib keluarganya, bahkan mungkin aib suaminya sendiri. Bersolek, padahal suaminya sedang tidak dirumah.

            Semoga kita bisa menjadi istri-istri yang dirindukan surga, dicemburui oleh bidadari, dan diridhoi oleh suami. Jangan sampai kita menjadi istri yang durhaka, meninggikan suara diatas suaranya, sungguh malaikat akan melaknat kita jika suami kita tidur dalam keadaan marah kepada kita. Tidakkah kita takut, jika kembali kepadanya dalam keadaan durhaka kepada orang yang surga kita ada dibawah telapak kakinya. Rasul juga pernah bersabda, jika saja manusia bisa bersujud kepada manusia, maka yang pertama diperintahkan oleh Rasul adalah seorang istri untuk sujud kepada suaminya. Masya Allah...

Sampai jumpa di Diary berikutnya yaa... salam ukhuwah.. ^_^
 



20.6.14

Jangan Jadi Perempuan Bodoh



Assalamu'alaikum...
        Butuh keberanian untuk mengambil sebuah keputusan, karena jika kamu terus larut dalam dilema yang berkepanjangan, itu hanya akan membuat hidumu semakin terombang ambing tanpa kepastian. Jika kamu merasa bahwa seseorang telah membuatmu menunggu dalam ketidak pastian, baiknya engkau tanyakan kepada hatimu, apakah kamu akan menghabiskan sisa hidupmu dalam ketidakpastian itu? atau mengambil keputusan agar engkau bisa melanjutkan hidupmu? Memang berat dalam memutuskan sesuatu, dan akan semakin rumit jika ketegasan tak kunjung diambil sebagai tindakan. 

        Sebagai seorang perempuan, kamu harus cerdas dalam mengartikan antara setia dan dipermainkan. Laki-laki yang mencintaimu, ia tidak akan membuatmu terus berada di dalam kegelisahan. Jika ia tidak mencintaimu, ia akan membuat sejuta alasan untuk tidak bersama denganmu meskipun sejuta kata cinta yang ia utarakan agar engkau tetap mau menunggunya. Jadilah perempuan yang tak hanya menggunakan perasaan untuk mengambil keputusan karena kita juga harus menggunakan logika yaitu akal serta pikiran yang telah Allah anugrahkan sebagai salah satu kelebihan kita. 

        Betapa banyak perempuan-perempuan didunia ini yang mengorbankan waktu serta hidup mereka, hingga mereka tidak menyadarinya jika mereka ternyata sudah dibutakan untuk  sesuatu yang mereka sebut 'SETIA'. Setia itu bukan bertahan dalam penderitaan batin, setia hanya ada didalam hal-hal yang memang terjadi bukan karena kesalahan pasangan kita, tetapi setia itu hanya ada didalam takdir Tuhan. Sesuatu yang terjadi karena memang Allah yang sudah menginginkannya, misalnya seperti pasangan kita sudah berusaha mencari nafkah yang halal namun tak kunjung kaya, atau pasangan kita tiba-tiba jatuh sakit. Namun jika pasangan kita miskin karena ia berjudi, atau sakit karena ia OD, sungguh hanya ada hitungan jari perempuan yang mau bertahan dalam situasi yang seperti itu. 

         Jangan mendzolimi diri sendiri, Allah saja tidak menyukai hamba-Nya yang tetap bertahan meskipun sudah dianiaya jiwa raganya, sabar dengan bodoh itu dua hal yang berbeda. Ada saatnya kamu harus membuaka matamu, dan mulai berpikir untuk hal-hal yang lebih baik dari saat ini kau lakukan. Perempuan itu makhluk yang kuat. Lihatlah dirimu didepan cermin, engkau cantik dan sempurna. Apa yang membuatmu membuang-buang sisa hidup yang sudah Allah anugrahkan kepadamu, untuk seseorang yang sama sekali tak memikirkan tentangmu. Percayalah, Allah akan memberikan yang terbaik untukmu jika engkau terus mendekatkan diri kepada-Nya.

         Seorang perempuan kaya dan hebat, akan menjadi incaran lelaki yang mata duitan. Seorang perempuan cantik dan penuh cinta, akan menjadi incaran laki-laki yang mata keranjang. Sementara itu seorang wanita baik dan polos, akan menjadi incaran serta permainan laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Apakah kamu tidak merenungkan, apapun yang kamu berikan kepada seseorang yang hatinya sudah dipenuhi oleh kejahatan, maka ia tetap tidak akan mampu melihat ketulusanmu. Lantas, apalagi yang kamu tunggu.... kembalilah kepada Allah, dan mintalah petunjuk kepada-Nya. Semoga Dia memberikan petunjuk kepadamu, dan semoga apa yang engkau ambil sebagai keputusan adalah yang terbaik untuk dunia dan akhiratmu. aamiin....

wassalam 
LV
      

Motivasi Berhijab untuk yang sudah dan yang berniat :)

Aku turut bahagia dan bersyukur karena engkau sudah memutuskan untuk berhijab saudariku. Sungguh betapa terkagum-kagumnya hati ini ketika melihat tubuhmu yang dulu terbuka dan dapat dinikmati oleh semua orang, kini tersimpan baik dibalik hijab yang menyelimuti seluruh tubuhmu kecuali wajah dan kedua telapak tanganmu. Kecintaan mu kepada Robb-mu ternyata mulai tumbuh dan berkembang bagaikan kuncup-kuncup bunga sakura yang bermekaran dimusim semi. Pertahankanlah saudariku, biarlah mulus dan indah ragamu hanya dinikmati oleh laki-laki yang sudah sah dihadapan Allah. Bukankah itu adalah salah satu bukti kecintaanmu kepadanya, dengan menjadikannya satu-satunya yang berhak atas ragamu. 

Saudariku yang berhati benik bak telaga kautsar. Tak perlu engkau malu pada mereka yang mungkin akan mencemoohkanmu karena hijrahmu memilih menjadi lebih taat. Seharusnya, mereka yang  malu,karena sudah tidak menghargai diri mereka sendiri. Lihatlah, betapa banyaknya wanita-wanita muslimah yang mempertontonkan aurat mereka secara gratis dihadapan publik, dunia maya, maupun dunia nyata. Bayangkanlah, jika foto-foto yang diunggah di sosial media, diambil dan dijadikan objek untuk hal-hal yang bersifat pornografi, astaghfirullah... sungguh sangat menyedihkan.

saudariku... semoga engkau selalu diberikan limpahan hidayah serta rahmat yang tiada akhirnya dari Allah SWT. Tak usah takut tidak akan mendapatkan jodoh hanya karena engkau berhijab. Allah sudah menciptakan hamba-Nya dengan berpasang-pasangan. Laki-laki yang baik akan diberikan untuk wanita yang baik,begitu juga sebaliknya, serta yang keji pasti akan bertemu dan diberikan dengan yang keji.Ibarat minyak dan air, air tak akan pernah menyukai minyak, begitu juga dengan minyak yang tak akan pernah sudi menyatu dengan air karena kedua nya memiliki sifat yang berbeda sekalipun pada wujud yang sama. 

Hijab bukanlah pernyataan "aku sudah baik", tetapi hijab adalah salah satu dari perintah Allah yang Wajib untuk dipatuhi. Jangankan wanita, laki-laki saja mempunya batasan aurat yaitu dari pusaran hingga bawah lutut. Usah menangis saudariku... jika karena hijabmu engkau djauhi oleh teman-temanmu, atau bahkan engkau sulit untuk mendapatkan pekerjaan, maka dekatkanlah diri kepada Allah, bukankah engkau meyakini bahwa Dia yang Maha Melihat dan Maha Kaya, akan senantiasa ada bersama orang-orang yang sabar ? bukan orang yang sabar ketika diperlakukan semena-mena oleh orang lain, namun orang sabar itu adalah, orang yang tetap kukuh pendirian berada dijalan kebenaran sekalipun ia tahu, bahwa pilihannya itu akan membuatnya banyak menemukan kesulitan-kesulitan. 

Semoga yang baru berhijab istiqomah, dan bagi yang belum... segera menyusul... selagi masih diberi umur... aamiin.. :) salam. LV




19.6.14

Jangan Mengadaikan Hidupmu Hanya Demi Kata Cinta

 

Wanita adalah makhluk yang sangat istimewa. Mereka mampu untuk menutupi setiap duka dan kesedihan yang mereka rasakan. Wanita juga mampu memikirkan lebih dari satu masalah dalam kehidupannya, bagaikan satu tiang yang mampu menopang bangunan berat dan besar. Namun adakalanya wanita itu lemah, iyaa.... wanita lemah jika ia sudah masuk kedalam hal yang berhubungan dengan perasaan, misalnya seperti jatuh cinta.

Tidak sedikit kita melihat ada wanita yang rela memberikan kehormatannya kepada seorang laki-laki yang sudanh sangat dicintainya, padahal...belum tentu lelaki itu mau menikahinya. Ada juga wanita yang mendurhakai kedua orang tuanya karena pemuda yang ia kasihi, hingga hubungannya dengan ayah dan bundanya menjadi tidak harmonis lagi. yang lebih rumit dan sedihnya lagi, ada wanita yang menggadaikan keimanannya demi seseorang yang ia sayangi. Ia rela keluar dari islam dan masuk agama lain (murtad), yang padahal sebagai seorang muslim kita meyakini bahwa tak ada agama yang diakui oleh Tuhan selain Islam. Bahkan tak jarang kita mendengar ada wanita yang mati bunuh diri akibat kisah asmara. 

begitulah, wanita yang pada dasarnya adalah makhluk yang kuat, bahkan ia mampu lebih kuat dari laki-laki, pada akhirnya dikalahkan oleh satu kata yaitu perasaan. 

Sebenarnya, kita mampu menghindari hal-hal buruk seperti yang ada diatas. Kita harus yakin jika apa yang Allah perintahkan adalah yang terbaik untuk hamba-Nya. Allah melarang kita untuk mendekati zina, maka kita harus menjauhinya. sejauh jauhnya.....atau jika kita ingin selamat darinya maka menikahlah. Bukankah dengan menikah kita sudah menyempurnakan setengah lagi dari agama kita yang masih blm sempurna selama kita belum menikah.

Sesungguhnya kamu harus menyadarinya sebagai seorang wanita, laki-laki yang baik, ia tak akan menjerumuskanmu kedalam lembah dosa. Ia tak akan merusakmu dengan mengambil apa yang seharusnya tidak ia ambil sebelum kalian menikah. Laki-laki yang melakukan itu sungguh, ia tak mencintaimu, namun hanya ingin menikmatimu seperti barang yang lepas digunakan maka akan dicampakkan. Betapa banyak sudah kita mendengar tentang bayi-bayi yang dibuang, dan kebanyakkan bayi-bayi itu adalah hasil hubungan gelap. Astaghfirullah... tak hanya itu, kasus aborsi juga kian marak bukan. Wanita mana yang tak ingin menjadi seorang ibu, namun jika menjadi seorang ibu tanpa suami.... siapapun tak akan ada yang mau

Jagalah kehormatan yang sudah Allah anugrahkan kepadamu sebagai seorang perempuan. Sekalipun tak mudah untuk melawan hawa nafsu, namun tak mudah bukan berarti tidak mungkin. Selama engaku berusaha maka insya Allah, Allah akan menuntunnya agar kamu mampu melewati setiap godaan itu. Bukankah Allah berfirman "Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubahnya sendiri"... maka kamu harus menjadi wanita yang cerdas, jangan jadikan kesedihan hidupmu,,,atau masalah yang menimpamu sebagai alasan engkau masuk kedalam dunia gelap. 

Surga sudah menunggu, bagi orang-orang yang selama didunia senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Jikapun engkau sudah pernah melakukannya, maka bertaubatlah... Allah itu Maha Pengampun. Semoga Ia merahmati dan membersihkan siapa saja yang pernah berbuat dosa, termaksud saya. aamiin...

14.6.14

Kisah Tanpa Judul 2



Cuaca panas kian menggila. Yang terbiasa mengeluarkan darah dari hidungnya pasti sangat menderita, untung saja aku tidak memiliki riwayat mimisan, jika ada pasti sangat merepotkan dengan profesiku saat ini sebagai guru. Cuaca panas ini juga pernah membuatku panik ketika aku saat itu sedang mengajar di ruang kelas 1. Seorang anak mimisan dan darahnya banyak sekali mewarnai seragam dinasku. Aku langsung menggotongnya ke ruang guru untuk memberika pertolongan pertama agar darahnya berhenti.
            Hari ini cuaca masih sama seperti kemarin. Awan seakan enggan berdiri diatas langit kota Sinabang. Debu-debu dijalanan berterbangan membawa wabah penyakit. Bagi penduduk yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah akan cepat jatuh sakit. Ya, aku salah satunya. Hari ini aku absen untuk mengajar di sekolah. Aku demam dan kepalaku terasa pusing. Seharian aku di kamar dan untuk turun saja aku tak sanggup. Untung ada Ibu yang dengan setianya membawakanku makan pagi dan makan siang.
            Bosan tak tahu berbuat apa. Aku membolak balik sebuah buku. Buku harianku ketika aku masih berada di bangku SMA dulu. Waktu masih SMA aku pernah mengikuti kegiatan paskibraka, dan yang sangat terkesan adalah aku jatuh cinta kepada kakak pelatihku yang tidak lain adalah temanku sendiri. Namanya Rangga. Setelah aku pindah ke Sinabang, aku dan dia sudah tak pernah lagi saling berkomunikasi. Aku tau, dia tidak menyukaiku. Tetapi yang namanya orang yang tengah di landa cinta apapun pasti tak di pedulikan. Terkadang benar, cinta itu hadir karena kebersamaan. Sering bertemu dan bertatap muka, atau berkomunikasi. Dan cinta juga akan mati karena pengabaian. Seperti kami yang tatkala itu sering bertemu dalam satu kegiatan yang sama. Hanya saja bedanya, dia adalah pelatih dan aku yang dilatihnya.
            Buku harian warna kuning tua yang masih wangi dan rapi. Aku sering berniat akan membuangnya karena kisahku dengannya sudah lama ingin aku akhiri. Lagipula, tak ada artinya terus menyimpan sesuatu yang hanya membuat kita terus larut dalam masalalu kita. Jika kita ingin melupakan seseorang bukankah kita harus menghindari hal-hal yang bisa membuat kita mengingatnya?. Terkadang aku merasa bahwa cinta itu seperti rantai makanan yang ada di dalam buku IPA SMP, dimana tikus dimakan ular dan ular dimakan oleh elang. Aku merasa cintaku seperti rantai makanan, dimana aku mencintai seseorang namun aku dicintai oleh seseorang. Bukankah setiap manusia diciptakan Tuhan dengan pasangan masing-masing yang tidak akan pernah tertukar ataupun salah cipta?. Tentu.
            Aku juga pernah memiliki penggemar rahasia, namanya aku tak tahu. Namun aku menyebutnya Satria. Satria adalah sosok misterius yang pernah hadir dihidupku 2 tahun yang lalu. Lewat via sms dan telpon, dia slalu ada disaat aku butuhkan. Aku bahkan sering mendapat hadiah darinya. Dia pernah meletakkan sebuah novel dibelakang rumahku dulu ketika aku masih tinggal di Takengon tepat jam 12 malam.
            Aku sempat berpikir, apa mungkin Satria ini adalah hantu  atau juga siluman yang telah jatuh cinta padaku.  Konyol, tapi dia memang benar-benar mistik sekali. Sayang, kami harus putus komunikasi karna waktu itu telpon genggamku hilang saat aku dan teman-teman pergi nonton pacuan kuda. Namun aku sudah cukup bahagia, meskipun tak pernah melihat wajahnya seperti apa. Hadiah-hadiah darinya adalah perwakilan dari wajahnya. Dia sahabat terbaik yang pernah aku temui selama ini. Tulus, dan tak pernah meminta hubungan kami berubah. Sahabat ya sahabat, jangan di hancurkan dengan kata cinta dari salah seorangnya.
            Adzan Ashar berkumandang merdu. Aku berusaha untuk bangkit meskipun tubuhku masih terasa lesu sekali. Kepala seperti orang vertigo. Sendi-sendi badanku terasa nyeri dan letih. Wajar saja, ternyata profesi menjadi seorang guru itu tidak semudah yang selama ini aku bayangkan selama ini. Kadang jika aku teringat akan kenakalanku ketika di SMP kepada guru-guru aku sering merasa berdosa karena sekarang aku merasakan sulitnya menjadi seorang pendidik. Wajar jika guru itu disebut pahlawan tanpa tanda jasa.
            Aku sudah selesai sholat. Berdoa sesaat dan dzikir. Aku sangat bersyukur atas hidup yang telah Tuhan berikan kepadaku. Aku jauh lebih beruntung dari mereka yang sekarang bahkan untuk tempat berteduh saja tidak punya. Teringat ketika aku dibawa oleh saudara Ibu ke Ibu kota Negara ini. Jakarta. Ya, sebuah kota yang sangat padat oleh orang-orang yang berjuang untuk hidup mereka. Waktu itu, aku berangkat dari Bekasi ke pusat perbelanjaan naik kereta. Aku melihat disepanjang rel kereta ada banyak sekali orang-orang yang tidur dengan pakaian yang sangat kumal. Anak-anak yang menjadi pengamen hingga mereka tak peduli lagi akan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Ya, yang aku tau fakir miskin dan anak terlantar itu dipelihara oleh Negara. Namun apakah yang kulihat saat itu sesuai dengan apa yang tertulis? Entahlah. Hidup terkadang terlihat kejam dan itu yang ku rasakan selama berada di Ibu kota negri ini. Sayang, tingginya gedung-gedung di sana menyamai tingginya angka kemiskinan di negri ini.
“Tok..tok…tok..” Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara ketukan pintu kamarku. Aku yang masih duduk di atas sajadah mengakhiri doaku.
“Siapa?” Tanyaku heran. Kalau Ibu biasanya langsung memanggil ku.
“ Saya Sari ” Jawab seseorang yang ada di balik pintu. Aku tidak memiliki seorang teman yang bernama Sari. Siapa dia? Dan mengapa sore-sore seperti ini dia mencari ku. Aku terus bertanya-tanya sendiri keheranan. Aku pun membuka pintu kamar. Seorang wanita kira-kira seusiaku berdiri sambil memberikan senyum kepadaku. Dia memakai baju kaos berwarna hijau muda dan rok hitam serta kerudung hitam. Dia mengulurkan tangannya.
“Saya Sari. Ibu Elvi kan ?” Tanyanya seraya mengulurkan tangannya tanda berkenalan. Aku menyambutnya dengan membalas tersenyum padanya.
“Iya, saya Elvi. Maaf, kamu siapa ya? Dan ada apa mencari saya?” Tanyaku. Aku mempertsilahkan dia untuk masuk kekamar. Meskipun agak sedikit aneh karena ini kali yang pertama aku membawa masuk orang asing ke dalam kamarku. Kami duduk di atas tempat tidur.
“Begini kak,  aku ke sini karena disuruh oleh seseorang. Dia selalu memperhatikan Ibu setiap kali Ibu melewati rumahnya ketika Ibu pergi ke sekolah untuk mengajar. Nah, karena dia belum berani untuk datang sendiri, dia menyuruhku untuk menemui Ibu.” Anak itu menjelaskan maksud kedatangannya.
            Aku tertawa geli mendengarkan apa yang dikatakan anak gadis ini. Sungguh lucu, baru kali ini aku menemui seseorang yang begitu merasakan jatuh cinta, sampai-sampai tidak mau menunggu esok pagi. Ya, orang sedang dilanda cinta memang seprti itu. Bahkan langit yang mendung dilihat cerah. Badai dan petirpun akan di hadapi demi si pujaan hatinya.Geli.
“Kak, boleh gak saya tau nomor kontak Ibu?”Anak yang bernama Sari itu mengiba.
“Untuk apa?” Aku merasa sedikit berat untuk memberikannya.
“Tadi dia mengatakan untuk meminta nomor kontak Ibu. Please kak. Kalau Kakak tidak memberikannya saya bisa-bisa di pecat oleh bang Evan.” Sari memohon.
            Hah , apa hubungannya aku tidak memberi nomor kontakku dengan dia dipecat? Pikirku. Wanita yang satu ini semakin membuatku bingung. Apa lagi itu, si Evan, siapa sih dia? Mengapa dia bisa menyukaiku? Dengan badan yang masih belum fit aku merasa kepalaku semakin pusing karena kebingungan dan sekarang seorang wanita bernama Sari yang juga baru aku kenal memohon-mohon meminta nomor kontakku. Ada apa ini sebenarnya?
            Akhirnya setelah meminta penjelasannya, Saripun menceritakan semuanya. Tenyata Sari bekerja di tempat penjualan pulsa milik Evan yang ada di jalan yang sering aku lewati saat akan ke SD tempat aku mengajar. Evan sering melihatku saat dia akan berangkat ke kantor. Dia bekerja di salah satu instansi pemerintah yang ada di kota Sinabang ini. Evan menyukaiku namun tidak memiliki nyali untuk mengatakan sendiri dan akhirnya dia menyuruh Sari salah satu pegawai di konternya untuk menemuiku dan menyuruhnya meminta nomor kontakku, jika tidak berhasil maka Sari akan di pecat.
            Aku tak yakin dengan ancaman itu, bisa saja itu ide Sari sendiri agar aku mau memberikan nomor kontakku kepada Evan. Namun setelah ku pikir-pikir, ya sudahlah, tak ada salahnya juga untuk memberikannya. Akhirnya akupun memberikan nomor kontakku kepada Sari. Sari sangat senang karena usahanya berhasil. Aku mulai berpikir bahwa dia itu seperti mak comblang seperti di televisi, suka sekali menjodoh-jodohkan orang. Dasar kurang kerjaan.
            Setelah mendapatkan nomor kontakku dia pun berpamitan untuk pulang karena sebentar lagi adzan maghrib juga akan berkumandang.
“Kamu naik apa tadi kesini ? Jalan kaki?” Tanyaku padanya ketika kami sudah mau berpisah. Memang daerah tempat dia bekerja dengan warungku tidak begitu jauh, aku saja jalan kaki kalau akan mengajar.
Gak Kak, saya ke sini dengan bang Evan.” Jawabnya sambil senyum-senyum.
“Hah, Evan di sini. Loh, kenapa bukan dia saja yang langsung menemui aku? Dia sekarang nunggu dimana?” Aku terkejut saat tau Evan datang bersama Sari.
“Dia ada dibawah Kak. Belum berani menemui Kakak katanya” Sari menjawab sambil tertawa pelan.
“Wah, itu namanya laki-laki yang gak gantle Sari.hehe..” Akupun jadi tertawa.
            Sari berpamitan pulang sambil terus mengucapkan terimakasih berkali-kali. Dia kelihatan sangat bahagia karena berhasil menemuiku dan mendapatkan nomor kontakku. Sangat aneh, seperti di FTV-FTV yang ada di televisi saja. Semua seakan sudah di skenari dengan rapi dan baik. Memang terkadang ada banyak ke aneh dalam hidup ini. Yang tak pernah kita bayangkan bisa terjadi kapan pun.
            Tak lama dari kepulangan Sari. Hand Phone ku berdering. Ada pesan masuk.
Boleh kenalan gak? ( Isi dari pesan itu). Aku sudah menduga bahwa itu adalah Evan. Lelaki yang mengirimkan Sari untuk menemuiku tadi. Waw, begitu cepatnya dia menghubungiku. Aku tidak langsung membalasnya. Aku duduk di tepi tempat tidur sambil memainkan HP ku. Aku teringat akan doa yang tadi kupanjatkan usai aku sholat Ashar. Aku meminta kepada Tuhan agar di pertemukan dengan seseorang yang mencintaiku apa adanya, menerima keadaan keluargaku. Apakah ini jawaban dari doaku tadi? Mengapa begitu cepat Tuhan mengijabahnya? Ada rahasia apa dibalik kejadian ini hanya Allah yang tahu. Ya, hanya Allah yang mengerti.
            Adzan maghrib berkumandang. Aku membalas smsnya.
“Assalamu’alaikum. Iya boleh, tapi ini sudah maghrib. Sholat dulu ya.”
Dia membalas
“Wa’alaikumsalam. Iya J
            Aku bangkit keluar kamar untuk wudhu di bawah. Warung ayah juga sudah tutup tetapi masih ada satu dua orang yang masih makan di dalam warung. Aku langsung berwudhu dan kembali ke kamar untuk sholat. Selesai sholat aku sempatkan untuk membaca Al-Qur’an agar tubuh lebih terasa segar. Aku berharap besok sudah sembuh karena aku harus kembali mengajar. Anak-anak didikku pasti sudah menungguku. Namun tidak lama saat aku membaca Al-Qur’an, telpon genggamku kembali berdering. Aku sudah menduga jika itu pasti lelaki yang bernama Evan tadi. Ternyata dia benar-benar ingin tau tentang aku.
            Aku terus membaca Al-Qur’an hingga selesai baru setelah itu aku membuka pesan yang ada di HP. Benar, pesan itu dari Evan. Dia mengatakan di dalam pesan singkat itu jika dia ingin berkenalan denganku. Ya, bagiku itu tidak masalah, selama masih dalam batas sewajarnya. Mungki saja dia ingin berteman. Akhirnya, kami jadi sering berbalas-balas pesan. Yang dibahas juga seputar hal-hal yang biasa-biasa saja layaknya seorang teman, tak ada yang istimewa. Ya, memang tak ada.
            Malam mulai mencekam, kota Sinabang perlahan mulai menyepi. Suara-suara kendaraan yang biasanya lalu lalang sudah hampir tak terdengar lagi, hanya sesekali saja terdengar orang yang melintasi jalan di depan warungku. Ayah sudah members-bereskan warung. Jam juga sudah menunjukkan pukul 11 malam. Biasanya ayah menutup warung jam 12, kali ini karena dagangannya cepat habis jadi ayah sedikit lebih cepat menutup warungnya dibandingkan hari-hari biasanya.
            Meskipun terbilang baru, tetapi warung mie Aceh kami adalah warung mie yang terlaris saat itu. Ada orang-orang yang hamper setiap malam membeli mie Aceh buatan kami. Meskipun warung mie Aceh di Sinabang bukan hanya warung kami. Bahkan pembeli dari luar kota juga banyak seprti dari Aceh Barat dan Medan. Banyakkan saja, demi menikmati mie buatan kami, rela membayar ongkos kapal dan mobil.
            Sebenarnya ayah adalah seorang pegawai negri. Tetapi meskipun seorang pegawai, hidup kami tak pernah berkecukupan. Aku tak tahu mengapa bisa seperti itu. Sering aku merasa bahwa keberkahan keluarga kami seakan tak pernah ada. Memang, sejak aku dan saudara-saudaraku masih kecil-kecil. Ayah dan Ibu itu sering sekali bertengkar. Hal-hal sepele yang sebenarnya lebih pantas untuk menjadi lelucon pun kerap kali menjadi ribut besar. Aku bahkan sering bertanya-tanya, apakah mungkin tak pernah ada cinta diantara mereka ? Entahlah.
            Malam ini aku tidak bisa menolong Ibu dan Ayah karena kondisi tubuhku yang masih demam. Mataku sudah mulai mengantuk usai sholat isya. Rasanya begitu sampai di tempat tidur aku akan langsung terlelap. Tetapi aku sempat melihat telpon genggamku. Ada 3 pesan dan itu semua dari Evan. Lelaki ini, rajin sekali menghubungiku. Aku jadi penasaran dengan wajahnya. Seperti apa dia? Aku kini mulai jadi membayangkannya. Ya, dia. Evan.  Lelaki yang hadir ketika aku berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan seseorang yang bisa menyayangiku apa adanya. Benarkan dia adalah jawaban dari doaku itu?.
“Slamat tidur ya?” Ucapnya di pesan
“Iya” Balasku.
“Besok aku jemput boleh tidak?” Tawarnya.
Aku sangat terkejut dengan tawarannya. Entah mengapa jantungku berdegup kencang sekali. Aku bingung harus menjawab apa. Baru kali ini aku di jemput oleh lelaki. Tanpa pikir panjang akupun menerima tawarannya. Ada perasaan senang juga malu-malu saat akan menerima tawarannya. Bagaimana ya besok ketika aku melihat wajahnya untuk yang pertama kalinya? Ah, jantungku tiba-tiba berdegup kenjang. Dan akupun tertidur dalam keadaan hati penuh rasa penasaran.
Pagi ini cuaca sejuk sekali. Burung-burung seakan-akan ikut bernyanyi mengiringi bahagia hatiku saat ini. Aku sudah membaik. Tubuhku sudah tidak lagi panas dan kepalaku tak lagi terasa pusing. Pagi ini aku memutuskan untuk masuk mengajar di SD. Justru jika aku terus berada di rumah bisa-bisa aku semakin sakit karena berdiam diri terus di dadalam kamar.
Matarhari menyinari kota Sinabang ini seperti biasa. Tampaknya musim kemarau sangat betah berdiam di kota yang di sebut orang-orang adalah pulau hantu. Tak tau sejak kapan julukan itu diberikan kepada tanah kelahiranku ini. Ya, aku memang lahir di sini, namun ketika usiaku masih 4 tahun aku dibawa oleh ayah dan ibu ke Takengon karena ayah harus pindah kerja kala itu. Pulau ini sering ada orang bunuh diri dan dulu masih banyak pesugihan atau perdukunan, karena itu sering ada penampakkan di malam hari. Barangkali, ini yang menyebabkan pulau ini disebut pulau hantu oleh para pendatang dari luar pulau.
Aku sudah siap, tinggal melangkah menuju sekolah. Anak-anak pasti sudah sangat merindukanku. Aku tau itu dari Upik teman satu tempat aku bekerja. Katanya  anak-anak banyak yang bertanya aku ada kemana. Bahkan ada yang bilang aku sudah tidak mau mengajar lagi karena mereka sering nakal. Aku hanya bisa tersenyum mendengar pernyataan mereka yang di sampaikan oleh Upik. Ya, aku memang sangat dekat dengan semua anak-anak didikku, bahkan aku tidak tahu bagaimana kelak jika suatu saat aku berhenti berkerja karena honorku sudah habis tempo? Karena itu aku ingin memberikan yang terbaik kepada mereka. Khususnya kepada anak-anak kelas 6.  Diantara mereka ada yang sudah 2 kali tinggal kelas karena tidak lulus ujian akhir nasional atau UAN dan aku mau kali ini aku mau membuat anak itu harus lulus. Apalagi, aku adalah guru yang dipilih oleh kepala sekolah untuk mengajar mata kuliah yang akan di UAN kan saat pulang sekolah atau les sore.
Aku mengajar les sore khusus bagi kelas 5 dan 6. Namun, yang sangat di utamakan adalah anak-anak kelas 6 karena mereka yang akan mengikuti UAN. Meskipun gaji mengajar di luar jadwal sekolah tidak besar, namun aku sangat bahagia bisa di percayai oleh kepala sekolah untuk mengajarkan mereka mata pelajaran yang akan di UAN kan. Ada beberapa mata kuliah yang menjadi bagianku, seperti bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan alam (IPA) dan bahasa inggris. Kalau matematika ada guru khusus yaitu Pak Yadi. Awalnya aku juga tidak memegang mata pelajaran bahasa inggris, namun karena guru yang bersangkutan sudah mengundurkan diri akhirnya kepala sekolah menyuruhku untuk menggantikan sementara sambil menunggu penggantinya.
Aku sudah berada di depan warung. Tiba-tiba telepo genggamku bordering. Ada pesan. Aku sedikit terkejut, ternyata itu dari Evan.
“Assalamu’alaikum Ibu guru. Sedang lagi mau ke sekolah ya ?. Aku jemput ya?” sapanya kepadaku. Aku bingung mau menjawab apa. Tapi baru kali ini ada seorang lelaki yang mau menjemputku kerumah. Biasanya, hanya berani mengajak ketemuan di suatu tempat. Aku masih mengenggam HP ku, bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba Ibu mengejutkanku dengan suara pintu warung yang diseretnya.
“Belum pergi? Tanya Ibu padaku.
“Belum Bu, ada yang menawarkan mau mengantarkanku kesekolah.” Jawabku agak takut-takut. Aku memang sudah menceritakan tentang Evan kepada Ibu waktu ibu melihat keadaanku malam itu. Namun rasanya masih sangat canggung. Jujur, ini adalah kali pertama aku didatangi oleh lelaki seperti ini. Apa ini ya yang dinamakan dengan cinta pertama. Apakah begini rasanya? Aku memang sering jatuh cinta di waktu SMA, namun ini aku rasakan sangat berbeda dari yang pernah aku alami. Mungkin karena sekarang aku bukan lagi anak SMA jadi suasannya berbeda. Ah, entahlah.
“Di jemput siapa? Laki-laki yang semalam kamu ceritakan ya?” Ibuku menebak. Sontak rona wajahku memerah. Aku malu sekali ibu berbicara seperti itu. Tidak lama kemudian HP ku bordering lagi namun kali ini panggilan. Ya Tuhan, Evan menelponku. Bagaimana ini? Aku panik sendiri.
“Siapa?” Tanya Ibu lagi padaku.
“Evan Bu” Jawabku dengan ekspresi agak sedikit tak enak.
“Ya sudah, angkat saja. Orang menelpon kok gak di angkat” Saran Ibu padaku. Ibu berlalu meninggalkanku. Aku pun menarik nafas panjang dan menghembuskannya kembali dan akhirnya aku mengangkat telpon darinya.
“Assalamu’alaikum…” Ucapku padanya.
“Wa’alaikumsalam. Bagaimana? Mau aku jemput?” Balas suara dari HP ku. Ini adalah kali pertama aku mendengar suaranya. Memang ada sedikit rasa grogi. Masih mendengar suaranya saja aku sudah seperti ini, bagaimana lagi jika aku bertemu dengannya? Aku membatin.
“Ya, boleh.” Jawabku.
“Baiklah, 5 menit lagi aku sampai. Tunggu di depan ya.” Katanya.
“Iya.” Jawabku seadanya. Aku menutup telpon dan kembali menarik nafas. Aduh, aku kok jadi grogi seperti ini sih. Inikan bukan kali pertama aku kenal dengan laki-laki. Aku melihat jam sambil sekali-kali memainkan kakiku. Tak lama terdengar suara motor dari ujung tikungan jalan. Itu pasti dia pikirku. Benar, itu Evan. Dia memutar arah motornya dan berhenti di depanku. Tanpa berbicara aku naik di belakangnya tanpa menyentuhnya. Tanganku memegang pinggiran bangku motornya. Ini adalah kebiasaanku jika boncengan dengan laki-laki asing, tidak suka menyentuh-nyentuh. Heheee
            Disepanjang jalan aku dan dia terus membisu tanpa kata. Entah apa yang ada dibenaknya waktu itu. Bisa jadi sama dengan yang aku rasakan. Inikah yang dinamakan dengan cinta? Tetapi kan, Evan belum mengatakan perasaannya kepadaku. Aku baru tau kalau dia menyukaiku dari Sari, perempuan yang sore itu datang kerumah mewakili dia menyampaikan rasa sukanya kepadaku.
“Mau diantar kemana? Langsung kesekolah atau kerumah teman?” tanyanya. Memang rumah Upik ada di depan kosnya. Selama ini dia tau kalau aku sering duduk menunggu Upik. Aku tak tau sejak kapan dia melihatku dan sejak kapan dia menyukaiku. Jadi selama ini dia sering melihat aku makan, aku tertawa aku berbicara. Wah, seperti di sinetron-sinetron saja, sweet sekali. Aku jadi malu sendiri. Jadi selama ini ada yang diam-diam memperhatikanku. Ya, kita memang sering tidak sadar jika ternyata ada yang suka memperhatikan kita. Namun sayangnya kebanyakkan orang tak menyadari dirinya diperhatikan, kurang peka karena dia terlalu sibuk memperhatikan orang yang sama sekali tak memperhatikannya.
“Di situ aja.” Aku menunjuk rumah Upik. Evan menghentikan motornya di depan rumah Upik.
“Aku jalan duluan ya.” Katanya saat akan meninggalkanku. Aku mengangguk sambil tersenyum. Tak lama dia sudah hilang dari pandanganku. Upik keluar dari rumahnya. Aku pun melanjutkan perjalanan menuju sekolah yang tinggal beberapa langkah lagi.
“Itu siapa?” Tanya Upik memulai perbincangan kami dijalan menuju SD.
“Itu teman baruku, namanya Evan.” Jawabku sambil melempar senyum padanya.
“Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana ya ?” Upik mencoba mengingat.
“Dia tinggal didepan rumahmu.” Jelasku.
“Wah, pantes wajahnya tidak asing.” Tambahnya.
            Aku dan Upik terus berjalan menuju SD yang tinggal beberapa meter lagi. Dari arah gerbang sudah tampak anak-anak yang akan berbaris untuk senam pagi. Hari ini aku mengajar di kelas 4. Kelas dimana anak nakal bernama Fandi itu belajar. Aku langsung membayangkan hari ini apa yang akan di lakukannya untuk membuat kericuhan didalam kelas.
            Kami sudah sampai di sekolah dan langsung meletakkan tas diruang guru. Upik. Aku segera berbaur dengan anak-anak. Merapikan barisan mereka agar terlihat lebih tertib. Namun ada beberapa orang anak yang terkadang jahil suka mendorong temannya hingga hampir jatuh. Aku hanya bisa menggelang-gelengkan kepala melihatnya lalu mencegahnya agar tidak mengulanginya lagi.

Bersambung ke season berikutnya....


Kisah Tanpa Judul


Siang terasa begitu panas di Pulau Simeulue ini. Angin pun seolah-olah enggan untuk berhembus mengantarkan hawa kesejukkan. Langit bersih tanpa awan. Apalagi mendung yang sudah pergi entah kemana. Ini adalah puncak kemarau selama musim ini. Banyak masyarakat yang jatuh sakit efek dari suhu yang begitu panas. Banyak tanaman-tanaman mengering, layu dan mati jika tidak sering disiram. Namun ada yang seakan-akan tak pernah kering dan mati, yaitu semangat seorang gadis bernama Annisa. Ya, itu adalah aku. Aku  adalah wanita yang masih berusia 18 tahun namun sudah memiliki pejalanan hidup yang begitu rumit. Aku lahir di pulau ini dengan kondisi keluarga yang dapat dikatakan sangat jauh dari kata cukup. Ketika usianya masih 4 tahun, aku dibawa oleh ayah dan ibu pindah ke Takengon untuk mencari usaha yang baru yaitu bertani. Namun ketika aku akan menyelesaikan pendidikanku dibangku SMA, keluargaku kembali ke kota ini dan membuka usaha baru menjadi penjual mie Aceh.
Sejak adanya jejaring sosial, aku sangat suka sekali berinteraksi didunia maya. Apalagi waktu itu aku sudah memiliki telepon genggam yang aku beli dari hasil bekerja menjadi guru kontrak. Sejak aku berkecimpung di dunia maya, aku mendapat banyak sekali pelajaran, mulai dari mengenal berbagai macam karakter manusia sampai cara berteman yang baik dengan bahasa yang intelek. Meskipun banyak hal-hal buruknya juga, seperti para penipu dan situs-situs yang tidak bermoral. Namun aku tahu, mana yang bisa dijadikan panutan dan mana yang tidak. Menurutku, ilmu dan pergaulan itu penting. Agar kita tau perkembangan zaman dan jika sewaktu waktu zaman berubah kita bisa memilih mana yang bisa diikuti mana yang tidak. Bukankah Islam juga mengajarkan kita untuk menuntut ilmu, supaya kita hidup tidak di bodoh-bodohi? Begitulah cita-citaku, aku ingin menjadi seseorang yang sukses dimasa depan, entah itu kapan. Aku ingin semua orang tahu bahwa aku pernah ada dan pernah tercipta. Aku juga ingin menjadi seorang penulis yang tulisannya bisa dibaca oleh siapa saja. Bahkan mungkin dibaca oleh bapak presiden.  Wah, mimpi yang tinggi yaa.? Tetapi kenyataannya saat ini adalah,,,aku sedang duduk didepan kelas dengan anak-anak yang kacau balau. Ada yang lagi mencoret-coret buku. Ada yang sedang menarik kerudung temannya. Ada juga yang lagi mengetuk-ngetuk meja seperti drummer profesional .
“Anak-anak, jangan berisik. Ibu gak bisa menjelaskan, ibu pusing anak-anak. Sudah sudah.. diam “
Aku berusaha untuk menenangkan suasana kelas yang sudah tak terkendalikan lagi. Bayangkan saja, 45 siswa dalam satu kelas, bukan muatan yang baik untuk sebuah pendidikan sebenarnya. Apalagi gurunya adalah gadis semudaku. Meskipun bukan anak SMA lagi, tetapi aku baru saja lulus dari bangku SMA, dan juga ukuran badanku yang bisa dibilang imut-imut kecil sangat mendukung sehingga murid-muridku tidak takut.
 Aku mengajar karena tidak ada keinginan untuk menyambung kuliah dulu, dan daripada hanya makan tidur saja dirumah, akhirnya aku memilih untuk menjadi guru kontrak sementara yang di kontrak selama 6 bulan. Gajinya pastinya tidak sebesar gaji guru yang sudah PNS, tetapi karena ingin mencari pengalaman saja aku pun mencobanya. Apalagi kalau dari segi pribadi, aku sebenarnya adalah sosok wanita yang sangat suka dengan anak-anak. Entah mengapa setiap kali dekat dengan anak-anak kecil atau ketika berinteraksi dengan mereka, ada ketenangan tersendiri. Dengan nakalnya mereka, dengan ocehan mereka yang apa adanya. Mereka sangat polos dan lugu. Tak peduli apapun yang terjadi. Bahkan dana untuk membangun sekolah mereka di korupsi oleh pejabat negara saja mereka tak bisa memberontak.
Aku menulis dipapan tulis huruf hijaiyah karena memang tugasnya disekolah ini adalah menjadi gunu TBA yaitu tulis baca Al-qur’an, namun juga ada pelajaran tambahan dari sekolah yaitu menjadi guru budi pekerti. Menjadi guru budi pekerti, mengajarkan kepada anak-anak bagaimana seharusnya kita bersikap. Akhlak yang baik hanya akan hadir ketika kita sudah tahu etika dan tata karma yang baik. Betapa banyak anak-anak zaman sekarang ini yang moral serta etikanya jauh dari sewajarnya. Contohnya saja, banyak pelajar-pelajar SMP yang sudah tidak perawan, terjebak dalam kecanduan drugs, tauran dan dunia malam. Tak sedikit juga yang bisa membunuh hanya hal-hal sepele, seperti masalah asmara, cemburu buta atau kecemburuan sosial.
Dulu ketika aku masih duduk dibangku SMA, aku melihat ada banyak sekali masalah remaja. Namun aku bersyukur karena Tuhan sudah  menjagaku  hingga aku bisa melewati masa-masa SMA itu yang katanya masa-masa paling indah dengan sewajarnya tanpa ada masalah yang bisa membuatku menyesal dikemudian hari. Banyak diantara teman-temanku yang gagal ditengah jalan. Ada yang dipenjara karena ketahuan menggunakan barang-barang terlarang. Ada juga yang menikah pada saat akan UN karena sudah hamil terlebih dahulu. Semua itu berawal dari pergaulan yang terlalu bebas. Gaul bagi mereka sudah disalah artikan, padahal gaul itu harusnya membuat seseorang jauh lebih luas wawasannya dan menjadikan seseorang itu jauh lebih cerdas dalam hidup. Bukan gaul yang mencoba segala hal. Tahu bukan berarti mau kan?
Memang dulu ketika aku masih duduk dibangku SMA, aku hanya tinggal didaerah yang jauh dari perkotaan. Aku tinggal disebuah desa dimana semua penduduk pekerjaan mayoritasnya adalah berkebun, termasuk ayahku. Ayahku sangat hobi dalam menanam cabai dan tomat. Meskipun tanah yang kami pakai adalah tanah miliki pemerintah, yang artinya kapan saja bisa digusur. Ya, kami memang tidak punya tempat tinggal yang tetap. Suka berpindah pindah mencari tempat atau tanah yang belum dipakai oleh pemerintah. Ayahku membangun sebuah rumah kecil ditengah tengah lahan dengan taman bunga sederhana. Disanalah aku dan ibu menanam berbagai macam bunga dan sayuran. Ada mawar, melati, anggrek dan banyak lainnya. Sayur-sayuran seperti kacang panjang, saledri dan wartel. Semua terasa indah dan aku sangat bahagia. Walaupun hidup dibawah garis kemiskinan, namun aku masih bersyukur memiliki keluarga yang utuh. Siapapun akan bahagia jika berada dipelukkan kedua orang tuanya sekalipun dalam keadaan perut yang lapar.
Namun ada satu kejadian yang tidak bisa aku lupakan. Kejadian itu terjadi saat aku masih berusia 15 tahun. Hari dimana ayah dan kakak laki-lakiku pulang kekampung untuk mencari uang guna membiayai kakak pertanmaku yang tengah menjalani kuliahnya di Banda Aceh. Aku dan ibu yang saat itu hanya tinggal berdua dalam kondisis Ibu yang baru saja melahirkan adik keduaku. Pada  hari itu didatangi dua orang pemuda yang tak dikenal.
“ Maaf dek, bapaknya ada ?” Tanya salah seorang dari mereka.
“Ayah saya sedang dikampung Pak. Ada apa ya Pak ?”Jawabku.
“Kalau Ibunya ada tidak ?” Tanya seorangnya lagi.
“Ada Pak, tapi Ibu saya sedang sakit. Bapak boleh sampaikan sama saya saja.” Tawarku.
Kedua orang itu menatapku. Aku heran, apa yang sebenarnya hendak mereka sampaikan? Mengapa mereka melihatku seperti itu. Salah seorang dari mereka melanjutkan pembicaraan.
“Begini Nak, 3 hari lagi tanah ini harus dikosongkan karena Meteri Pemberdayaan Wanita akan hadir, untuk meresmikan pembangunan gedung Pemberdayaan Wanita yang baru dibangun di ujung sana.” Laki-laki itu menunjuk kearah ujung jalan.
Aku sangat terkejut. 3 hari? Cuma tiga hari? Apa yang bisa aku lakukan dalam waktu tiga hari itu Tuhan, sedangkan ayah tidak ada bersama kami saat itu. Ibu juga masih sakit, tengah malam saja dia yang harus bangun untuk membuat susu untuk adikku karena ibu terus merintih kesakitan. Seketika juga aku merasa hidup seakan berakhir dan langit runtuh menimpaku. Ya, aku yang hanya seorang gadis berusia 16 tahun, tetapi harus menghadapi masalah sedemikian peliknya. Diam-diam tanpa diketetahui oleh ibu, aku menangis sendiri di dapur sembari memasak nasi. Sambil sekali-kali menium bara agar api menyala dan bisa membakar kayu yang padam.    
Saat itu aku benar-benar tak tahu apa yang harus aku lakukan. Tetapi aku tak mau menyerah begitu saja. Aku mencari cara bagaimana caranya agar penggusuran itu tidak dilakukan dalam waktu tiga hari. Bukan hanya karena ayah tak ada bersama kami saat itu, namun karena tanaman kebun kami juga akan segera dipanen, tinggal menunggu beberapa hari lagi. Sangat tidak adil rasanya hanya karna Menteri Pemberdayaan Wanita datang, kami yang sebagai rakyat kecil harus menanggung rugi yang sedemikian banyak. Tak diberi kesempatan untuk memanen hasil kebun terlebih dahulu.
            Akhirnya aku mempunya inisiatif dengan berniat mendatangi balai desa untuk minta agar lahan bagian rumahku tidak digusur, karena Mentri Pemberdayaan Wanita itu hanya akan mengunjungi lahan tempat gedung Pemberdayaan Wanita yang akan dibangun ada diujung jalan, jadi aku merasa tidak masalah kalau rumah dan kebun cabaiku tidak diratakan alias dibersihkan.
“Tidak bisa Nak, ini sudah prosedur dari pusat. Semua lahan pemerintah harus dibersihkan dan diratakan” Kata Bapak yang  ada di Balai Desa.
“Saya mohon Pak, ayah saya tidak ada disini. Bapak bisa bayangkan bukan, bagaimana dia akan terpukulnya saat kembali melihat kebun yang selama ini dia tunggu-tunggu panennya sudah rata dengan tanah. Saya tidak mau ayah saya sedih Pak, saya mohon.” Aku tak kuasa menahan airmataku saat itu. Hatiku benar-benar mengharapkan ada keibaan dihati mereka para pemerintah negri ini terhadap rakyat kecil seperti kami.
Bapak itu mendekatiku.
“Tenang saja, pemerintah sudah menyiapkan uang ganti rugi untuk para penduduk yang kena gusur Nak” Hiburnya.
“Berapa?” Tanyakku.
“Besok kamu akan tau sendiri. Sekarang kamu pulang dan siapkan barang-barang dirumah, pindahkan rumahmu ketanah yang ada didepan kantor, karena bagian itu tidak kena gusur.” Saran sang Bapak.
            Aku pun kembali kerumah. Dirumah Ibu sudah menungguku. Dalam perjalanan pulang aku terus menyepaki kerikil-kerikil yang ada di sepanjang jalan setapak yang aku lewati. Pelik sekali rasanya masalah ini ya Allah. Aku menatap langit sambil seolah-olah terus berbicara kepada Tuhan. “ Tuhan ada dimana saat ini? Apakah dia melihat ku, atau dia sedang sibuk dengan hamba-hamba-Nya yang lainnya? Apakah yang Tuhan rahasiakan atasku, mengapa Dia hanya menatapku?” Aku membatin. Saat itu, aku seakan-akan ingin menyalahi Tuhan. Namun rasa itu sirna ketika aku mendengar kumandang adzan maghrib.
            Tidak butuh waktu yang lama, esoknya Aku dan Ibu mulai memindahkan barang-barang kami ketanah seberang jalan. Rumah yang dibangun sendiri oleh ayahku itu dibongkar dan dibangun kembali tepat di depan kantor Dinas Pendidikan. Rumah kami memang tidak besar., jadi tidak begitu lama untuk membongkarnya dan membangunnya kembali. Dengan bergotong royong bersama penduduk desa lainnya yang juga senasib dengan keluargaku, rumahku akhirnya berdiri lagi. Semua dibawa, kecuali yang tertinggal hanyakah bak kamar mandi yang tidak bisa dipindahkan karena terbuat dari semen permanen.
             Aku memandang kebun bunga kecilku. Kebun yang di tata oleh ayah dan ditanami bunga-bunga indah oleh Ibuku kini tinggal kenangan. Tanpa aku sadari airmataku menetes membasahi kerudung putihku. Hari itu aku bertekad bahwa aku harus menjadi orang sukses suatu hari nanti. Aku tak mau hal ini terulang kembali. Aku akan membuat kedua orang tuanya bangga dan bahagia suatu saat nanti. Tinggal disebuah rumah yang tak ada bayang-bayang penggusuran ketika mereka tertidur nyenyak.
“Sudah dipindahkan semuanya?” Seseorang  menegurnya dari belakang. Aku pun menoleh kebelakang. Ternyata Bapak yang waktu itu datang kerumahku yang menyampaikan berita penggusuran itu.
“Sudah Pak” Jawabku seadanya sambil mencoba tersenyum dihadapan lelaki paruh baya itu.
“Ini, uang yang kemarin Bapak katanya. Jumlahnya 1 juta untuk tiap rumah yang terkena gusur.” Jelasnya.
            Aku sangat terkejut, hanya 1 juta ? Aku membatin dan rasanya ingin protes, namun apa artinya aku protes pada Bapak ini, toh dia juga hanya menjalankan tugas dari yang diatasnya. Aku hanya tertunduk pilu, rasanya tak adil sekali, kebun cabe yang bisa menghasilkan puluhan juta diganti dengan uang 1 juta. Jangankan untung, modal saja boroh-boroh balik. Ya Tuhan, sangat tidak adil negri ini. Rakyat kecil yang seharusnya sejahtera, justru dibuat seperti ini. Hanya karena Mentri Pemberdayaan Wanita yang datang untuk meresmikan pembangunan Gedung saja, harus rakyat yang jadi korbannya. Saat Mentri itu datang, aku hanya melihatnya dari jauh sambil berkata didalam hati. “Kembalikan cabeku Bu…”
            Lamunanku buyar ketika ada seorang anak yang datang menghampiriku.
“Buk, aku sudah selesai menulisnya”. Aku terkejut, dan tersenyum padanya.
“Sudah selesai, mana? Coba Ibu lihat.” Tulisannya bagus. “Wah, kamu sudah tambah pintar ya nulis huruf hijaiyahnya. Akupun memberinya nilai 100. Dia tampaknya sangat bahagia. Tentu, nilai 100 bagi anak-anak SD itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Bahkan mereka bangga bisa mendapatkan nilai 100 dengan menunjukkannya kepada teman-temannya yang lain. Ada yang dapat nilai 80, tidak terlalu bahagia tetapi tidak juga bersedih. Namun bagi yang mendapatkan nilai 60 wajahnya langsung murung.
“Jangan cemberut, ini artinya kamu harus belajar lebih giat lagi ya sayang.” Aku mencoba untuk menghiburnya.
Biasanya aku menyiapkan hadiah bagi yang bisa menjawab 3 pertanyaan atau siapa yang bisa menjawab, bisa pulang jika dijam-jam terakhir. Hal itu aku lakukan untuk anak-anak dari kelas 1,2,3 dan 4. Untuk kelas 5 dan 6 aku lebih tegas dan tidak terlihat terlalu dekat, karena khawatir mereka akan manja. Tetapi biarpun sudah mencoba untuk terlihat killer, mereka tetap terlihat tidak takut atau segan kepadaku. Pernah suatu hari aku marah karena mereka membuat keributan didalam kelas dan itu anak kelas 6. Tetapi tetap saja mereka seperti tak ada rasa takut sampai-sampai aku bertanya kepada mereka, mengapa mereka tidak takut kalau aku marah.
“Gimana kami mau takut Bu, Ibu marah sama gak marah sama aja, wajah Ibu tetap senyum.” Jelas salah satu anak yang paling pintar diantara teman-temannya. Sontak semua anak-anak tertawa tidak terkecuali juga aku. Akhirnya suasan kelas yang tadinya tegang karna aku marah, jadi mencair kembali. Ya, aku membenarkan pernyataan anak ini, aku memang tidak bisa marah apalagi pada anak-anak. Memang pantas menjadi guru SD, pikirku.
            Pernah suatu hari saat aku mengajar dikelas 5. Aku masuk menggantikan guru kesenian yang tidak dapat hadir karena sakit. Sebagai guru honoran, aku harus membantu guru-guru yang tidak bisa masuk untuk mengajar. Aku menyuruh anak-anak untuk membuat gambar orang yang mereka sayangi. Namun aku mendapati seorang anak yang sedang asik sekali menulis. Aku pikir dia membuat gambar orang tuanya, ternyata bukan. Dia mengambar seorang wanita berkerudung, dan ada tulisan dibawahnya ‘Aku Sayang Ibu Nisa’. aku  terkejut. Lantas aku tanyakkan kenapa dia menulis kalimat seperti itu. Dia hanya tertuduk malu, teman-temannya malah menertawakannya. Aku yang juga merasa lucu dengan apa yang ditulis oleh anak itu juga hanya bisa tersenyum. Tetapi anak itu malah marah dan berlari keluar ruangan kelas. Aku pun menyuruh murid-murid yang lain untuk tidak keluar kelas. Aku mengikuti si anak yang ditertawakan oleh teman-temannya itu. Ternyata dia ada di samping toilet. Duduk sambil memeluk bukunya. Aku berdiri terpaku melihat anak laki-laki yang ada dihadapanku saat itu. Ku dekati dia dengan langkah pelan. Ku usap kepalanya.
“ Ada apa Wawan, kenapa Wawan keluar kelas “ Tanyaku pada anak yang bernama Wawan itu.
Dia masih terdiam, dan tak menjawab pertanyaanku.
“Wawan malu karena teman-teman menertawai Wawan tadi ya ?” Tanyaku lagi padanya. Dia masih membisu. “Coba Ibu lihat. Gambar wawan bagus kok, tetapi kenapa wawan menggambar Ibu guru dan kenapa Wawan tulis …’Aku Cinta Ibu Guru’?
Setelah lama membujuknya dan mencoba untuk mencari celah untuk bisa masuk kedalam perasaannya, akhirnya Wawan membuka mulut juga.
“Wawan udah anggap Ibu guru itu seperti Ibu wawan sendiri, Bu. Ibu tuh baik sekali pada kami semua, tidak pernah marah-marah, tidak pernah memukul, kalau dirumah,,,,, Wawan diperlakukan Ibu Wawan dengan kejam Bu, Wawan selalu dimarah, dipukul kalau kerja tidak becus.” Anak laki-laki itu menangis di hadapanku. Ya Tuhan, aku bisa merasakan kesedihan anak yang baru berusia 11 tahun ini. Ku elus rambutnya.
“Wawan tidak boleh bicara seperti itu, biar bagaimanapun dia tetap Ibunya Wawan yang sudah melahirkan wawan dengan susah payah, membesarkan wawan sampai sekarang wawan udah sekolah. Iya kan? Jadi wawan gak boleh bilang Ibu kandung wawan sediri ‘jahat’, apalagi sampai membencinya. Ingatkan apa yang pernah Ibu guru katakan saat kita belajar dikelas, bahwa Surga itu…. “
“Dibawah telapak kaki Ibu..” Sambutnya. Aku tersenyum. Kusentuh wajahnya yang lugu dengan kedua telapak tanganku seraya ku angkat.
“Dengar Ibu ya, Ibu akan slalu sayang Wawan, sampai kapanpun. Ibu yakin, Ibu Wawan juga sayang Wawan, jadi Wawan harus sayang Ibu Wawan dirumah juga ya. Sejahat-jahatnya orang tua, pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Sekarang Wawan jangan sedih lagi ya. Trimakasih ya, Wawan udah memilih menggambar Ibu. Wah, gambarnya bagus.” Aku mengambil buku gambarnya. Dia mulai tersenyum. Setelah aku lihat dia mulai tertawa, akupun mengajaknya untuk kembali ke dalam kelas, yang pastinya sudah tak beraturan lagi karena telah aku tinggalkan.
            Banyak sekali hal-hal yang menyenangkan sejak aku menjadi seorang guru. Dari hal yang aku belum mengerti hingga aku bisa mengerti bagaimana cara berinteraksi dengan banyak anak-anak yang memiliki karakter dan sifat yang berbeda-beda. Seperti siang ini, aku berada dikelas 4. Ada seorang anak bernama Fandi, dia anak yang sangat terkenal nakal dan jahat. Suka menganggu teman-temannya, merobek buku orang bahkan suka memukul orang dengan benda-benda keras. Aku hampir kualahan menghadapinya. Guru-guru yang lain menyarankan untuk aku memarahinya jika dia sudah kelewatan. Tetapi aku tidak sampai hati. Aku tidak bisa marah apalagi memukul anak seusia dia. Namun benar apa yang guru-guru lain katakana, dia sangat keterlaluan. Seperti saat ini, dia naik keatas meja dan teriak-teriak ala rocker. Aku mulai kehabisan kata-kata untuk membuat dia mau duduk tenang dan tertip.
“Fandiii… turun Nak, nanti kamu jatuh sayang.” Aku kehabisan suara untuk melarangnya. Kenapa bisa ada anak sedemikian aktifnya ya? Aku mulai penasaran dengan anak yang satu ini. Apa mungkin karena dia keponakan kepala sekolah, jadi dia merasa berkuasa dan berhak berbuat sesuka hati?
            Yang di panggil tak sedikitpun menoleh dan menghiraukan, malah semakin teriak lebih keras. Semua anak-anak di kelas menutup telinga mereka. Aku bersabar karena memang sebentar lagi jam pulang sekolah. Daripada melayaninya, yang ada semakin runyam nantinya. Fandi itu anaknya keras dan tidak mau mengalah apalagi kalah. Apa-apa hanya dia yang harus didengar dan diikuti.
            Tak lama kemudian bel sekolah berbunyi. Aku menyuruh anak-anak untuk membaca doa dulu sebelum keluar ruangan. Fandi sudah keluar terlebih dahulu. Aku menggeleng-gelengkan kepala melihat anak itu. Wataknya memang sepertinya sulit untuk dipahami. Tapi aku merasa, tak mungkin dia seperti itu jika tanpa alasan. Anak yang jahat atau nakal itu sebenarnya tak ada, tetapi kehidupannyalah yang membuat seorang anak itu bisa jahat dan nakal. Keras kepala ataupun bersikap kasar.
            Selesai membaca doa, semua murid menyalamiku. Mereka semua rata-rata sudah ditunggu oleh orang tua atau saudaranya bagi yang rumahnya jauh dari sekolah. Tetapi ada juga anak-anak yang cukup berjalan kaki sediri karena rumah mereka  dekat dengan sekolah. SDN 1 Simeulue Timur terletak didekat gunung. Sekolahnya sedikit jauh dari jalan raya. Katanya, SDN 1 ini mendapat juara SD paling bersih di kabupaten Simeulue. Apalagi , sekarang ada gurunya yang paling muda dan paling cantik. Ehe.. J
            Sekolah sudah mulai sepi, aku dan beberapa orang guru juga bersiap-siap untuk pulang. Biasanya aku pulang dengan berjalan kaki bersama temanku yang bernama ibu Kasniati. Tetapi biasa dipanggil ini Upik. Dia mengajar mata kuliah kesenian. Usia nya sudah lanjut, tetapi sayang dia belum juga menikah. Pernah dia bercerita, bahwa dulu dia memiliki tunangan, tetapi tunangannya justru menikah dengan wanita lain. Sejak peristiwa itu menimpanya, dia seperti menutup hati untuk laki-laki lain. Katanya, dia trauma dan tidak percaya lagi dengan yang namanya cinta. Aku sempat mengatakan padanya, bahwa tidak semua laki-laki itu seperti itu, masih banyak diluar sana laki-laki yang berjiwa ksatria, yang mau menerimanya apa adanya. Namun sepertinya rasa takutnya untuk gagal lagi jauh lebih besar dan dan luka yang dulu digoreskan oleh mantan tunangannya sangat dalam, sehingga iya memutuskan untuk sendiri saja.
“Didalam islam, kita tidak boleh memilih untuk tidak menikah Pik, karena menikah itu adalah wajib bagi siapa saja yang sudah mampu. Rasul sendiri mengatakan, barang siapa yang tidak mau menikah padahal dia mampu, dia bukan bagian dari umat Beliau. Cobalah untuk membuka hati Pik, gagal sekalikan bukan berarti gagal selamanya.” Kataku padanya suatu hari ketika kami jalan pulang berdua.
“Iya Nis, aku juga terkadang merasa sepi. Diusia yang udah gak muda lagi ini, aku ingin ada yang menemani. Melewati masa-masa tua berdua dengan orang yang aku mencintainyam dan dia mencintaiku.” Balasnya. Agaknya dia sudah mulai terbuka pikirannya.
            Siang ini kami pulang melewati jalan seperti biasa. Dia lebih dahulu sampai karena memang rumahnya dengan sekolah hanya sekitar 100 meter, sementara aku lumayan jauh dari sekolah. Warung Ayah dan Ibu berada di persimpangan kota Sinabang. Ya, kami memang baru tinggal dikota ini sejak tanah pemerintah yang kami pakai di Takengon sudah dibangun semua oleh pemerintah. Ayah dan Ibu mendapatkan penawaran oleh salah seorang saudara Ibu untuk membuka usaha di Sinabang. Karena Ayah dan Ibu dari dulu memang usaha warung maka dari itu di sini juga membuka usaha warung. Yah, meskipun tidak besar-besaran tetapi keluargaku sedikit sudah ada kemajuan dari segi pendapatan material.
            Sinabang memang bukan kota yang besar. Hanya sebuah pulau kecil yang baru saja pisah dengan Aceh Barat dan membentuk kabupaten baru. Meskipun tidak besar, tetapi Sinabang terkenal dengan daerah bisnis. Banyak para pembisnis yang memulai usaha baru di sini. Ada yang usaha dibidang alat-alat bangunan ataupun makanan seperti kami. Sinabang memiliki dua pelayaran, satu menuju Labuhan Haji yaitu menuju daerah Aceh di pulau Sumatra sementara satunya lagi menuju Pelabuhan Sigkil yang menuju ke Sumatra Utara.
            Aku hampir sampai di rumah, tinggal melewati beberapa toko lagi. Cuaca terasa panas dan menyengat. Tak lama adzan dzuhur berkumandang. Didekat warungku ada sebuah masjid yang masih baru dibangun, jika waktu sholat tiba sangat jelas terdengar kumandangnya.
“Baru pulang?” Ibu menyapa ketika aku sudah tiba di depan warung. Didalam warung ada beberapa pembeli. Ayah tengah memasak mie Aceh karena memang warungku hanya menjual mie Khas Aceh juga beberapa jenis minuman seperti kopi dan jus.
“Iya Bu, panas sekali cuacanya” Jawabku sambil merebahkan tubuh dikursi ruang tengah.  Aku merasa seperti kurang enak badan. Aku mengambil segelas air putih dan menghabiskannya dalam sekali minum. Teriknya matahari membuat tubuh terhidrasi dengan cepat. Keringat membasahi seragam dinas ku. Kerudungku juga basah oleh peluh yang terus menetes. Jika cuaca panas seprti ini aku beguitu hobi meminum air dingin atau es, padahal sangat berbahaya bagi kesehatan karena bisa membuat tubuh sakit. Ibarat besi panas di masukkan ke dalam air pasti berkarat.
            Setelah melepas lelah sejenak diruang tengah, aku pun kemudian naik keatas. Ya, kamarku memang berada di lantai dua. Karena warung kami ini adalah ruko jadi semua kamar tidur ada diatas. Aku sudah sampai dikamar. Langsung merebahkan tubuh di tempat tidur dengan kipas angin yang terus berputar. Tetapi aku langsung sadar bahwa aku belum sholat dzuhur. Setelah mengganti pakaian aku turun kembali untuk wudhu dan kemudian sholat sebelum makan siang bersama Ibu dibawah.
Rasa-rasanya aku seperti tidak enak badan. Malam harinya aku benar-benar jatuh sakit. Badanku panas sekali. Aku Cuma bisa berbaring sejak pulang mengajar. Makan malam dibawa oleh ibu kekamarku. Ibu memang sangat perhatian padaku. Ibu juga tak beda dengan buku harianku yang tahu tentang semua cerita hidupku. Ibu menyaran agar aku besok minta izin saja untuk tidak masuk mengajar sampai aku benar-benar fit kembali. Aku menuruti saran ibu yang memang demi kebaikkanku juga.
Ibu menyarankan aku ke dokter. Tetapi mau kedokter rasanya malas. Aku tipikal orang yang susah minum obat. Kalau sakitnya aku rasa tidak terlalu parah yah, aku tidak akan meminum obat. Paling istirahat secukupnya dan makan yang banyak serta minum air putih. Seperti malam ini, aku pun terlelap setelah menghabiskan satu piring nasi dan segelas susu putih.

Bersambung.....( Sampai jumpa di season berikutnya ya... hehee ^_^ )